Selasa, 02 Februari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : Perang Badr

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 95
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

Kedua belah pihak kini  sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya kepada lawan. 
Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya, 

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?."

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ﷺ. Siapakah kiranya pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ﷺ tersebut?


Abu Dujanah

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya, 

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?."

"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!," demikian jawab Rasulullah ﷺ."

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam, 

"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!."

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ﷺ melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda, 

"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini."

Rasulullah ﷺ memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib,  Sa’ad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Ia tidak ikut dalam Perang Badar.  Kini ia terjun dalam Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu, beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung dengan regunya. 

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!," demikian panggilnya berkali-kali.
Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula, 

"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!."

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala isinya!," beliau juga berkata, 

"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan."


Pertempuran

700 orang beriman melawan 3.000 orang musyrik! 

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping. 
Namun,  pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud yang terkenal.  "Mati! Mati!." 

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak,  
"Siapa yang akan berduel denganku?."

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ﷺ menjadi lega. 
Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan muslim melancarkan serangan. 

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ﷺ dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengobarkan semangat. 

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka. 

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada seorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada.


Bersambung...
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

Orang yang Bijak Versus Dungu

ONE  DAY  ONE  HADITS
Senin, 1 Februari 2021/ 19 Jumadil Akhir 1442

Orang yang  Bijak Versus Dungu

عن شداد بن أوس رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

 الْكَيِّسِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْأَحْمَقُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وتمنّى على الله الأمانى 
 
Dari  Syadad bin aus radhiyallahu anhu berkata, bersabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :
“Orang yang bijaksana ialah orang yang menguasai dirinya dan berbuat untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang dungulah yang menuruti hawa nafsunya dan mengharapkan ridha Allah dan pahala-Nya dengan angan-angan kosong.” [ Hr Ahmad & Hr Tirmizi] 

Pelajaran yang terdapat didalam hadist

1- Iman itu hendaklah tampak dalam amal dan perbuatan dan bukan hanya dalam angan-angan.
2- Iman adalah apa yang menetap di hati dan dibuktikan oleh amal perbuatan. 
3- Rasulullah saw. pun menegaskan pengertian itu dan bahwasanya penyerahan diri kepada Allah dengan disertai amal saleh dan kebajikan adalah hal yang dibenarkan oleh akal yang sehat dan bijaksana, dan bahwasanya hal yang berlawanan dengan itu adalah suatu ketololan dan kedunguan

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

1- Allah swt. telah menolak anggapan segolongan orang yang mengira bahwa angan-angan dapat mengantar orang mencapai tujuannya. 

لَيْسَ بِأَمانِيِّكُمْ وَلا أَمانِيِّ أَهْلِ الْكِتابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيراً , وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيراً 

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (Annisa 123-124). 

2- Kemudian Allah menerangkan jalan keluarnya, yaitu dengan penyerahan diri kepada Allah dan penyempurnaan amal saleh

 وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْراهِيمَ خَلِيلاً 

 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Annisa 125). 

Sabtu, 30 Januari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : Baju Perang Rasulullah

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 94
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

Baju Perang Rasulullah

Selepas sholat Ashar, Rasulullah ﷺ masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar membantu Rasulullah ﷺ mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ﷺ di rumah para sahabat di luar sedang ramai; kaum muslimin bertukar pikiran. 
Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di dalam kota. 

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar. 

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ﷺ berpendapat mau bertahan dalam kota, namun tuan-tuan berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ﷺ agak enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-nya kepadamu, jalankanlah!."

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ﷺ, padahal sangat mungkin pendapat Rasulullah ﷺ  itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ﷺ telah keluar rumah sambil mengenakan baju besi, mereka berkata,

"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian jawab Rasulullah ﷺ.  

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu." 

Demikianlah, Rasulullah ﷺ selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu tidak dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ﷺ  ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah mereka itu? Lawan atau kawan?


Kaum Muslimin Berangkat

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ﷺ, 
"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay." 

Rasulullah ﷺ bersabda, 
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk Islam."

Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay, 

"Kau sudah menasehati Muhammad dan kau berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu, lalu ia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu. 

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan dia tidak menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini. 

Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat hati sebagian orang menjadi ragu.  

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari pasukan Rasulullah ﷺ dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi. 
Kini tinggal Rasulullah ﷺ  beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya.

Saat itu, pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke Uhud. 

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka. 
Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung Uhud sehingga bisa lebih leluasa menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya. 

Dalam Perang Badar, pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda, ini berarti satu kuda untuk setiap 100 orang, namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10.000 ekor kuda untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang.


Penempatan Pasukan Panah

Rasulullah ﷺ segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng gunung, kepada mereka Rasulullah ﷺ  memberi perintah, 

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan serangan panah itu pasukan berkuda tidak dapat maju." 

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang siapapun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah bin Abi Talhah. 

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang mereka di depan dan kadang  di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak, 

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! Hantamlah dengan segala yang tajam!."


Bersambung..
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7