Kamis, 21 Januari 2021

*WAHABI, SYAFI'I DAN ASWAJA*

*WAHABI, SYAFI'I DAN ASWAJA*

Ketiga kata di atas makin sering kita dengar di ranah awam ketika terjebak dalam pembicaraan atau debat di sosmed tentang perbedaan pemahaman. 

Kata "Wahabi" kerap digunakan untuk ungkapan sedikit mengumpat kepada seseorang yang menentang kebiasaan lama kita dalam ber"Islam". 

Kata "Syafi'i" biasanya digunakan untuk berlindung ketika terjadi permasalahan perkara fiqh dan syariat. Tiba2 masyarakat awam akan mengaku aliran Syafi'i ketika mendapati kebiasaan dia beribadah sama orang kebanyakan di sekitarnya tapi tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah.

Kata "Aswaja" juga digunakan masyarakat awam untuk ungkapan berlindung dibalik rombongan besar Ahlussunah waljamaah. Untuk menyatakan bahwa mereka adalah serombongan besar yang sama dan bersatu.

Padahal......?

Kita, masyarakat awam yang kerap menggunakan kata2 di atas cenderung keliru menggunakannya. Karena kedangkalan pemahaman terhadap Islam. Selain kedangkalan juga masalahnya adalah keliru dalam memahami dalil. Kedangkalan karena kurang belajar. Keliru pemahaman karena memahami dalil berdasarkan tafsiran pemikiran dan hawa nafsu.

Celakanya... Saudara-saudara kita yang merasa paham Agama karena mungkin dulu pernah nyantri atau kuliah di universitas Islam berada pada posisi keliru pemahaman (kalau tidak bisa disebut gagal paham), sehingga walaupun statusnya sebagai mantan santri atau sarjana keagamaan bahkan da'i dengan gelar Kiyai Haji tidak menjamin ke"wara"an bahkan pemahaman yang kaffah terhadap Islam dalam keseharian nya. 

Tapi begitu lah wajah Islam kita di Indonesia ini yang memang telah lama mengalami pendangkalan jauh sejak masa nenek moyang kita. Wajar kita banyak mewarisi pendangkalan tersebut dengan alasan seperti diajarkan orang tua kami dulu.

Padahal orang tua tersebut juga mewarisi kekeliruan dari tetua mereka karena barangkali minimnya literasi tentang akidah yang Haq. Sehingga istilah Islam Nusantara sangat gampang disematkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam upaya mendangkalkan akidah umat tersebut kepada masyarakat yang awam tersebut. 

Balik lagi ke persoalan tiga kata di atas, Wahabi, Syafi'i dan Aswaja yang tidak tepat penggunaan nya. 

Wahabi dituduhkan kepada umat yang sudah sampai tahap pemurnian akidah dengan mengikuti jalan salafusshalih. Memang jalan Sunnah ini kembali dipopulerkan syekh Abdul Wahab 1 abad yang lalu yang menuliskan kitab2 yang isinya cuma Qolallah Qolarasulullah dan pendapat Ulama terdahulu, tanpa memasukkan pemikiran dan pemahaman pribadi beliau. 

Lantas... Sejatinya syekh Abdul Wahab cuma mengajak umat kepada ajaran Rasulullah yang sebenarnya dari sebelumnya terpapar budaya Sufi pada masa itu di Saudi. Jadi tak pantas sebenarnya istilah Wahabi (ajaran si Wahab) dilabeli kepada pejuang Sunnah karena gerakan pemurnian akidah tersebut bukan bersandar kepada pemikiran Syekh Abdul Wahab pribadi. 

Tapi menghadapi orang awam yg mencap Wahabi kepada pejuang Sunnah jaman now kita tidak perlu berkecil hati dan bereaksi. Sebab pelabelan dari orang tersebut menandakan dangkalnya pemahaman mereka terhadap Islam dan kita justru membuat kita kasihan akan hal itu. Kalau pun dibilang Wahabi pun tak ada salah, kita anggap itu suatu penghormatan kepada Syekh Abdul Wahab yang telah membuka mata umat 1 abad lalu tentang indahnya kembali kepada Sunnah Rasulullah.

Syafi'i... Banyak yang mengaku bermazhab Syafi'i tapi tak pernah sedikitpun tahu apa karya2 beliau. Termasuk ana yg menulis tulisan ini. Kemaren sempat lihat potongan video Syekh Hussain Yee dari Malaysia yang mengatakan masyakarat Melayu dan Nusantara mengaku bermazhab Syafi'i tapi tak pernah tahu apa judul buku2 beliau, jangankan tahu dan paham isi nya, bahkan nama asli beliau pun banyak yang tidak tahu. Tapi mengaku Mazhab Syafi'i seolah kenal dan dekat dengan karya imam Syafi'i dalam keseharian nya.

Sedang imam Syafi'i dan imam Malik sendiri mengaku Mazhab nya adalah Rasulullah, sebab mereka pernah berkata jika ditemukan kebenaran dari Rasulullah yang bertentangan dengan apa yang mereka sampaikan maka pendapat mereka seketika gugur dan pendapat Rasulullah lah yang paling benar.. lantas siapakah kita, umat yang besar ini yang hidup ratusan tahun setelah imam Syafi'i dan Rasulullah kok begitu getol mengaku bermazhab Syafi'i tanpa sedikitpun kenal dengan karya beliau. 

Hanya sebagai pengokohan tempat berdiri di keramaian berdasarkan apa yang diajarkan orang-orang tua kita dahulu yang juga didapatkan turun temurun dan belum sempat dikoreksi kebenaran nya oleh satu generasi pun. Kalau pun ada korektor pasti kalah di suara kebanyakan dan akhirnya tersisih dan menyendiri menghidupkan cahaya Sunnah dalam dirinya sendiri dan keluarga nya.

Begitu juga halnya dengan penggunaan kata 'Aswaja" yang merujuk kepada Ahlussunah Waljamaah atau Sunni. Banyak masyarakat yang mengaku beraliran Sunni tapi bahkan tidak bisa membedakan mana amalan Sunni dan mana amalan Syiah. Banyak yang tidak bisa membedakan mana yang bid'ah mana yang Sunnah. Ketika disebutkan suatu amalan yang mereka kerjakan adalah bid'ah seketika mereka membela diri beginilah yang diajarkan nenek moyang kami, dan nenek moyang kami adalah Sunni. 

Mereka bersuara lantang bahwa mereka lah Aswaja sebenarnya padahal mereka lupa bahwa Aswaja artinya "Ahlussunah", tapi dimanakah Sunnah nya?... mungkin banyak yang memahami kata berikut nya saja yaitu "Waljamaah" yang dimaknai sebagai "berjamaah". Akhirnya yang ada adalah sholawat beramai-ramai, zikir beramai-ramai, dan segala macam ibadah yang bisa dilakukan beramai-ramai. Asal ramai itulah Aswaja. Sejatinya hilangkan saja kata Sunnah nya menjadi "Ahlul Jamaah", lebih pas dengan realitasnya, ana kira.

Begitulah dahsyatnya pendangkalan. Di suatu kajian ana pernah dengar, cara setan menggoda manusia yaitu dengan membuat mereka malas menuntut ilmu agama. Akhirnya yang terjadi benar seperti Rasulullah sampaikan umat ini ramai tapi ibarat buih di lautan, terombang-ambing terbawa ombak dan angin karena kosongnya diri pada pemahaman.

Pendangkalan juga menyebabkan Taqlid buta. Ghuluw dalam mengidolakan seseorang dan membela semua perkataannya walaupun kadang tersandung syubhat.

Tapi... Sepanjang apapun tulisan ana menyuarakan pendangkalan ini, kembali lagi kepada hidayah dan kehendak Allah. Sebab, tidak semua orang Allah kasih jalan untuk mendapatkan Nikmat besar ke dua setelah Islam yaitu "Nikmat mengenal Sunnah setelah Islam".

Jadi bagi antum yang berada dalam grup ini, yang merasa sudah mendapatkan nikmat tersebut mari terus jaga dan pertahankan dengan senantiasa menuntut ilmu agama. Tentunya dengan jalan mengambil ilmu dari pengajar yang bermanhaj Salafusshalih agar kelelahan pikiran/hati dan habisnya waktu dalam belajar tidak berakhir sia-sia belaka, karena ada jaminan pahala serta Jannah dari Allah jika kita mengamalkan dengan benar apa yang kita pelajari tersebut.

Jangan ikut pemahaman ambil baiknya, buang buruknya, sebab antum yang statusnya baru sebagai penuntut ilmu, tidak akan bisa membedakan mana syubhat mana syariat jika ngaji dengan pengajar yang tidak bermanhaj.

Oleh : Abu Maldiba Hafizhahullah 

#semangatmenuntutilmu
#koreksidiri

Waallahu a'lam bishawab 

*Semoga Penulis DiBerkahi* ______________________

KISAH RASULULLAH ﷺ : Konspirasi Yahudi Kaab bin Asyraf

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 86
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد




Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah Islam. Dalam hal ini, mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya, mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi. 

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud, sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar,  di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi.  Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ  mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas رضي الله عنه  berkata, 

"Setelah Rasulullah ﷺ  berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata, 
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy." 
Mereka mengatakan, 
"Hai Muhammad, janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan, niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat 

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Surah Ali 'Imran (3:12)

‘Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.’

قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Surah Ali 'Imran (3:13)

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ﷺ  menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian. mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya. 
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya. 

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa. 

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng-benteng mereka. 


Bersambung...
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ : Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ‎ ‏

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 85
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد




Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ﷺ . 

Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi ﷺ  berkata, 

"Lepaskanlah wahai Umar dan mendekatlah hai Umair."

Umair kemudian mendekat dan berkata, "Selamat pagi."

Nabi ﷺ  menjawab, 
"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu hai Umair, yaitu dengan salam penghormatan penduduk surga." 

Beliau kemudian bertanya, 
"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?." 

Umair menjawab, 
"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu." 
"Perlakukanlah ia secara baik."

Nabi ﷺ bertanya, 
"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."

Umair menjawab, 
"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?." 

Nabi ﷺ berkata, 
"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?." 

Umair menjawab,  
"Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan tersebut."

Nabi ﷺ berkata, 
"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah menyebut-nyebut tentang para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu berkata, "Seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar untuk membunuh Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku. Allah pasti menghalangi rencanamu itu."

Umair berkata, 
"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan berita-berita langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang diturunkan kepadaMu.  Rencanaku ini tidak ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku mengetahui tidak ada yang memberitahukan padaMu kecuali Allah."

"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini kemudian mengucapkan syahadat secara benar."

Rasulullah ﷺ lalu berkata 
"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Al-Qur'an kepadanya dan bebaskanlah tawanannya."

Adapun Sofwan mengatakan, 
"Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan melupakan kalian dari peristiwa Badar." 

Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang yang berpergian memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair.

Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya selamanya dan tidak akan memberikan suatu manfaat kepadanya selamanya.

Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang yang masuk Islam melalui dakwahnya.


Perang Bani Qainuqa

Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut. 
Tetapi sebaliknya, orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka selalu melakukan pengkhianatan sehingga meresahkan kaum muslimin.

Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat Rasulullah ﷺ  dari kabilah Aus dan Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan mereka. 

Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik sesama mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam hati, 

"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya tidak akan bersama mereka apabila para tokoh mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan." 

Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi mereka dengan mengatakan, 

"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian ingatkan akan peristiwa Bu'ats dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang pertengkaran mereka."

Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ketika itu menjadi bertengkar sampai dua orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata, 

"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan." 
"Senjata, senjata." 

Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.  

Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ﷺ lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka seraya mengatakan, 

"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian?."

Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu daya setan dari musuh mereka. 
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 86
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah Islam. Dalam hal ini, mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya, mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi. 

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud, sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar,  di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi.  Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ  mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas رضي الله عنه  berkata, 

"Setelah Rasulullah ﷺ  berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata, 
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy." 
Mereka mengatakan, 
"Hai Muhammad, janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan, niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat 

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Surah Ali 'Imran (3:12)

‘Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.’

قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Surah Ali 'Imran (3:13)

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ﷺ  menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian. mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya. 
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya. 

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa. 

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng-benteng mereka. 
Aku

Bersambung...
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 86
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah Islam. Dalam hal ini, mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya, mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi. 

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud, sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar,  di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi.  Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ  mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas رضي الله عنه  berkata, 

"Setelah Rasulullah ﷺ  berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata, 
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy." 
Mereka mengatakan, 
"Hai Muhammad, janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan, niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat 

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Surah Ali 'Imran (3:12)

‘Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.’

قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Surah Ali 'Imran (3:13)

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ﷺ  menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian. mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya. 
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya. 

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa. 

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng-benteng mereka. 


Bersambung...
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7