Rabu, 10 Februari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : pada perang Uhud

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 100
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mengejar Musuh

Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik, dan orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. 

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya, maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?." 

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sediakala. 
Sehari setelah perang, Uhud Rasulullah ﷺ memerintahkan seorang muadzinnya untuk kembali mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah. 

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab, 

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang hendak membalas dendam!."

Kebingungan melanda Abu Sufyan. Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik. 

Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah. Kafilah Itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang habis-habisan.

Mendengar itu, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun. Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah. 


Pasukan Abu Salamah

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin Khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ﷺ sampai ke rumahnya sendiri. 
Selain itu, tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ﷺ segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan. 

Rasulullah ﷺ menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. 

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ﷺ secermat dan secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap. 

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan, pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu, ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa harta rampasan. 

Seperti yang sudah diatur dalam Islam, seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ﷺ, orang-orang miskin, dan orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali ternganga dan ia syahid karenanya.


Judi dan Minuman Keras

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran. Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras. 

Saat itu Rasulullah ﷺ belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ : Mengejar Musuh

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 100
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mengejar Musuh

Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik, dan orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. 

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya, maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?." 

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sediakala. 
Sehari setelah perang, Uhud Rasulullah ﷺ memerintahkan seorang muadzinnya untuk kembali mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah. 

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab, 

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang hendak membalas dendam!."

Kebingungan melanda Abu Sufyan. Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik. 

Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah. Kafilah Itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang habis-habisan.

Mendengar itu, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun. Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah. 


Pasukan Abu Salamah

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin Khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ﷺ sampai ke rumahnya sendiri. 
Selain itu, tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ﷺ segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan. 

Rasulullah ﷺ menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. 

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ﷺ secermat dan secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap. 

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan, pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu, ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa harta rampasan. 

Seperti yang sudah diatur dalam Islam, seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ﷺ, orang-orang miskin, dan orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali ternganga dan ia syahid karenanya.


Judi dan Minuman Keras

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran. Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras. 

Saat itu Rasulullah ﷺ belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ : Dukacita untuk Hamzah

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 99
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

Dukacita untuk Hamzah

Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya mayat kaum muslimin. Melihat semua itu, Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata, 

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi, aku sungguh tidak senang juga tidak benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan."

Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri, Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah ﷺ berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut yang sudah terurai,  beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata, 

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini."
"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian ini."

Selanjutnya beliau bersabda, 

"Demi Allah, kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."

Nah saat itulah, turun firman Allah Quran surat An-Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
Surah An-Nahl (16:126)
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Surah An-Nahl (16:127)
Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Setelah Firman itu turun, Rasulullah ﷺ memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan beliau melarang orang melakukan penganiayaan. 

Di jalan, Rasulullah ﷺ mendengar para wanita Bani Asyhal menangisi para syuhadanya. 

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul. 

Mendengar ini, Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah. 

Rasulullah ﷺ bergegas menemui mereka dan bersabda, 
"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, semoga Allah memberikan rahmat dan tidak boleh menangis lagi setelah hari ini."


Abdullah bin Ubay

Rasulullah ﷺ pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra, putri beliau, membasuh luka-luka ayahnya dengan air. 

Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum muslimin. 

Rasulullah ﷺ teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu, 
"Ya Rasulullah, bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan.

Rasulullah ﷺ juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh. Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal, jika dia dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa. 

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang menunjukkannya. 

Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid dari belakang.

Kemudian Rasulullah ﷺ pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ﷺ. 
Hati beliau amat lembut karena itu beliau memaafkan mereka semua. 

Sebelum itu, di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai Rasulullah ﷺ. 
Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 orang prajurit kembali ke Madinah.  Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya sampai terhuyung-huyung. 

"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta kepada Muhammad?," demikian Abdullah bin Ubay menjerit.

Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si pengkhianat itu, namun sekali lagi, Rasulullah ﷺ melarangnya. 


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7