Sabtu, 30 Januari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : Baju Perang Rasulullah

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 94
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

Baju Perang Rasulullah

Selepas sholat Ashar, Rasulullah ﷺ masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar membantu Rasulullah ﷺ mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ﷺ di rumah para sahabat di luar sedang ramai; kaum muslimin bertukar pikiran. 
Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di dalam kota. 

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar. 

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ﷺ berpendapat mau bertahan dalam kota, namun tuan-tuan berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ﷺ agak enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-nya kepadamu, jalankanlah!."

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ﷺ, padahal sangat mungkin pendapat Rasulullah ﷺ  itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ﷺ telah keluar rumah sambil mengenakan baju besi, mereka berkata,

"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian jawab Rasulullah ﷺ.  

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu." 

Demikianlah, Rasulullah ﷺ selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu tidak dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ﷺ  ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah mereka itu? Lawan atau kawan?


Kaum Muslimin Berangkat

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ﷺ, 
"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay." 

Rasulullah ﷺ bersabda, 
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk Islam."

Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay, 

"Kau sudah menasehati Muhammad dan kau berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu, lalu ia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu. 

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan dia tidak menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini. 

Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat hati sebagian orang menjadi ragu.  

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari pasukan Rasulullah ﷺ dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi. 
Kini tinggal Rasulullah ﷺ  beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya.

Saat itu, pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke Uhud. 

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka. 
Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung Uhud sehingga bisa lebih leluasa menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya. 

Dalam Perang Badar, pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda, ini berarti satu kuda untuk setiap 100 orang, namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10.000 ekor kuda untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang.


Penempatan Pasukan Panah

Rasulullah ﷺ segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng gunung, kepada mereka Rasulullah ﷺ  memberi perintah, 

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan serangan panah itu pasukan berkuda tidak dapat maju." 

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang siapapun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah bin Abi Talhah. 

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang mereka di depan dan kadang  di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak, 

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! Hantamlah dengan segala yang tajam!."


Bersambung..
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ : Semangat Quraisy

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 93
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Semangat Quraisy

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar dihati setiap tentara Quraisy. Apalagi, mereka ingin memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy yang kini terus menyanyi mengobarkan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan semerbak merebak. Belum pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini. 

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal mengawali sisi kiri dan kanan. 

Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah, ibunda Rasulullah ﷺ. Untung para pembesar Quraisy segera datang dan melarang.

"Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu. 

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin puyuh yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala api kemarahan dan angan-angan kemenangan yang memabukkan. 
Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk bagai makhluk besar yang siap menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut, jika mereka tidak mengetahui meningkatnya pasukan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang pernah mereka taklukkan di Badar. Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini? 
Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ﷺ ? Akankah beliau memimpin kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau bertahan di Madinah?


Kaum Muslimin Bermusyawarah

Paman Rasulullah ﷺ , Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah semakin kagum kepada keponakannya itu. Abbas ingat ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada Perang Badar. 

Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat kepada seorang Bani Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ﷺ. Surat ini berisi berita pemberangkatan pasukan Quraisy. 

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ  segera mengajak para sahabat bermusyawarah. 
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin bertahan di dalam kota.

Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Hal itu akan membuat anggota pasukan saling mempercayai. Setiap orang akan menganggap dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu berjuang saling bahu-membahu.


Keberanian Para Pemuda

Para sesepuh Anshor angkat bicara, 

"Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu berarti musuh sudah menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita pasti yang menang. Biarkan saja mereka di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan, berarti mereka justru berada dalam keadaan merugikan diri sendiri." 

Sebetulnya, Rasulullah ﷺ ingin agar kaum Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh Anshor yang telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih baik bertahan di dalam kota. 
Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang menyala-nyala. Mereka terpukau atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah ﷺ menghadapi 1.000 orang musuh pada Perang Badar. 

Sebenarnya, Rasulullah ﷺ memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di balik itu, Rasulullah ﷺ juga mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin akan terjadi pengkhianatan dari kaum munafik atau orang Yahudi. 

Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan. 
Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ﷺ memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at. Khutbah Rasulullah ﷺ kali itu berisi ajakan agar kaum muslimin menabahkan hati untuk memperoleh kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi musuh.

Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata, 

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid.
Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid, tapi ternyata meleset. Justru anak saya yang mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan anak saya dan dia berkata, "Ayah susullah kami dan kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan apa yang dijanjikan Allah kepada saya."
"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang sudah rapuh. Saya ingin bertemu Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota.

"Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ﷺ .

Namun, suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh. Rasulullah ﷺ pun segera mengetahui keputusan mana yang akan diambil.

Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah, uang yang banyak dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat bulat dan kuat untuk mewujudkan kemenangan serta kemuliaan Islam. 


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

🌷Tanda-Tanda Kebahagiaan yang Sejati🌷

🌷Tanda-Tanda Kebahagiaan yang Sejati🌷

Oleh: Raehanul Bahraen

Apabila kita ditanya, “apa tujuan kita hidup di dunia atau apa sih yang kita cari di dunia ini?”  Tentu hampir semua jawabannya adalah sama, yaitu mencari kebahagiaan. Hanya saja, kebahagiaan itu berbeda-beda tergantung dari persepsi setiap orang. Ada yang bahagia ketika bermaksiat, ada yang berbahagia ketika melakukan hobi yang tidak bermanfaat, dan ada yang bahagia ketika melakukan hal-hal aneh yang merugikan masyarakat. Ini semua adalah kebahagiaan yang semu dan hanya sementara saja. Kebahagiaan yang tidak menenangkan hati dan menentramkan jiwa kita. Bahkan ada kebahagiaan yang menipu, yaitu menipu manusia, karena dia menyangka itu adalah kebahagiaan. Padahal hakikatnya, itu adalah kesengsaraan, semisalnya pecandu narkoba.

Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir, kita dibimbing oleh syariat agar bahagia dunia dan akhirat dengan kebahagiaan yang sejati. Bukan kebahagiaan yang semu, bahkan kebahagiaan yang menipu. 

Kebahagiaan secara umum

Secara umum, kebahagiaan itu terdapat pada tiga perkara. Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah menjelaskan tanda tersebut, yaitu:

إذا أعطى شكر، وإذا ابتلي صبر، وإذ أذنب استغفر، فإن هؤلاء الثلاث عنوان السعادة

1. jika diberi kenikmatan, dia bersyukur,
2. jika diuji dengan ditimpa musibah, dia bersabar,
3. dan jika melakukan dosa, dia beristighfar (bertaubat),

maka tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan” (Matan Al-Qawa’idul Arba’).

Perincian apa itu kebahagiaan

Sebagian ulama menjelaskan lebih rinci, apa itu kebahagiaan dan tanda-tandanya. Imam As-Syathiby rahimahullah menjelaskan,

من علامات السعادة على العبد : تيسير الطاعة عليه، وموافقة السنة في أفعاله، وصحبته لأهل الصلاح، وحسن أخلاقه مع الإخوان، وبذل معروفه للخلق، واهتمامه للمسلمين ، ومراعاته لأوقاته

“Di antara tanda-tanda kebahagiaan seorang hamba adalah:
1. dimudahkan ketaatan baginya,
2. perbuatan-perbuatannya (amalnya) sesuai dengan sunnah,
3. berteman dengan orang-orang saleh,
4. baiknya akhlak kepada sesama manusia,
5. menyebarkan kebaikan pada semua makhluk,
6. memberikan perhatian kepada kaum muslimin, dan
7. pandai menjaga waktu” (Al-I’tishom, 2 : 152).

Hal yang paling penting dan perlu diketahui bahwa kebahagiaan itu terutama terletak di hati, bukan pada harta, jabatan dan kedudukan. Hal ini sederhana, tetapi banyak dilupakan dan dilalaikan oleh mansuia. Mereka tertipu dengan dunia dan gemerlap dunia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya (ghina’), bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup” (HR. Bukhari dan Muslim).

Salah satu tanda kebahagiaan sejati yang juga sering dilupakan manusia adalah bahagia dengan membahagiakan orang lain atau senang karena membuat senang orang lain. Sebagaimana ungkapan bahasa Arab,

سؤال: من أسعد الناس
الجواب: من أسعد الناس

Pertanyaan, ‘Siapakan manusia yang paling berbahagia?’
Jawaban, ‘Mereka yang membuat manusia bahagia (membahagiakan orang lain).’”

Hal ini selaras dengan hadis Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam, bahwa salah satu amalan yang paling besar pahalanya di sisi Allah adalah memasukkan kebahagiaan di hati seorang muslim.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

أفضل الأعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا

“Sebaik-baik amal saleh adalah agar engkau memasukkan kegembiraan ke hati saudaramu yang beriman” (HR. Ibnu Abi Dunya, Jami’ush Shaghir no. 1096).

Semoga kita selalu bahagia dunia-akhirat dengan taufik dari Allah Ta’ala dan amal saleh. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97).

Demikian pembahasan kami, semoga bermanfaat.

🌸🍀

Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel: muslim.or.id