Minggu, 24 Januari 2021

KITA ITU LEMAH, ALLAH YANG MENGUATKAN KITA*

*KITA ITU LEMAH, ALLAH YANG MENGUATKAN KITA*

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/9966

January 23, 2021 

Syeikh Utsaimin -rohimahulloh-:

“Seseorang selama ruhnya masih di raganya, dia bisa saja ter-‘fitnah’, oleh karena itu aku berpesan kepada diriku sendiri dan kalian semua, agar kita selalu meminta kepada Allah KETEGUHAN di atas iman.

Dan hendaknya kalian takut, karena ada banyak tempat licin di bawah kaki kalian, bila Allah -azza wajall- tidak meneguhkan kalian, maka kalian akan terjatuh dalam kebinasaan.

Dengarkanlah firman Allah kepada RosulNya -shollallohu ‘alaihi wasallam- yang merupakan orang paling kuat keteguhannya dan paling kuat imannya:

وَلَوْلاَ أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلاً

“Kalau Kami tidak meneguhkanmu, niscaya kamu hampir saja condong sedikit kepada mereka (orang kafir)..” Al Israa 74

Jika ini berlaku pada diri Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam-, lalu bagaimana dengan kita yang lemah iman dan keyakinannya, serta sering dihinggapi syubuhat dan syahawat..?!

Sungguh kita berada dalam bahaya besar, oleh karenanya kita harus memohon kepada Allah ta’ala KETEGUHAN di atas kebenaran, dan agar Dia tidak menjadikan hati kita condong pada kesesatan.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)..” Ali Imran 8

[Diringkas dari Syarhul Mumti’ 5/388]

Diterjemahkan oleh,
Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Sabtu, 23 Januari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : Perang Dzi Amar

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 88
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد




Perang Dzi Amar

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ﷺ, sebelum Perang Badar. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah. 

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ﷺ , bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ﷺ  mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang, kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan. 

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia pun dibawa kepada Rasulullah ﷺ . Lalu Beliau menyerukan Islam kepadanya, dan ia pun masuk Islam. 

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju daerah musuh. 

Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin. Nabi ﷺ  bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar. 

Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu, beliau kembali ke Madinah.


Pembunuhan Ka'ab Bin Al-Asyraf

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling keras gangguannya kepada Rasulullah ﷺ dan menyerukan untuk memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang penyair. 

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar ia berkata, 

"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin. 

Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah as-Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur badar. 

Dengan demikian, ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka terhadap Nabi ﷺ, serta mengajak mereka untuk memeranginya.

Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin, 

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya? Dan manakah yang benar, jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya? 

Ka'ab menjawab, 
"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik. 

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا
Surah An-Nisa' (4:51)

‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.’

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras.

Ketika itulah Rasulullah ﷺ  berkata, 

"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasulnya" 

Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan, 
"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?" 

"Ya," jawab Beliau.  

Muhammad bin Maslamah mengatakan, 
"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)." 

"Katakanlah," sahut Beliau.


Bersambung…
اttps://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ : Perang Sawiq

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 87
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد




Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat, yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun kedua Hijrah.

Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah timpakan rasa takut ke dalam hati mereka. 

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah ﷺ  menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka. 

Ketika itu, bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak Rasulullah ﷺ agar memaafkan mereka, dengan mengatakan, 

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para sekutu kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpinnya adalah Abdullah bin Ubay). 

Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ﷺ. Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya, tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata kepadanya, 

"Tinggalkan aku!." Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi, 
"Celakalah kau, tinggalkan aku!." 

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata, 

"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para sahabatku itu dengan baik."

"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi Allah, aku betul-betul mengkhawatirkan terjadinya bencana itu." 

Rasulullah ﷺ memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya dengan memberikan perhatian kepadanya. 
Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya, dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah. 

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam dan tidak lama kemudian sebagian besar dari mereka meninggal dunia. 

Rasulullah ﷺ menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang bertanggung jawab mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.


Perang Sawiq

Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya. 

Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya dan menunjukkan kekuatan mereka. 

Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang Muhammad. Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya.  

Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12 mil. Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan. 

Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan, yaitu memasuki pinggiran Madinah secara sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam. 

Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu. 

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya. 

Kemudian pada malam itu juga, Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl. 

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah itu mereka melarikan diri ke Mekah.

Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ﷺ. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan kawan-kawannya.

Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar dapat lari lebih cepat lagi. 

Rasulullah ﷺ  pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga peristiwa ini dinamakan dengan perang sawiq. 

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar.

Dalam perang ini, Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7