Minggu, 17 Januari 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ : Mekah Terkejut

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 82
َللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mekah Terkejut

Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis. 

Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.

"Tidak mungkin!."  
"Tidak mungkin!," demikian igaunya. Keesokan harinya,  ia jatuh sakit dan menderita demam selama tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.

Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan. 

"Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian kata salah seorang di antara mereka. 
"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan."

"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul yang lain. 
"Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk menebus mereka."

Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah seorang di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ﷺ. Begitu mengetahui Suhail akan dibebaskan, Umar Bin Khattab menjadi sangat geram. 

Ia mendatangi Rasulullah ﷺ sambil berkata, 

"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur keluar dan tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana."

Namun Rasulullah ﷺ menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung, 

"Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku demikian, sekali pun aku seorang nabi."


Hindun

Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu tidak terbendung juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang mereka. Mereka menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan unta orang yang sudah mati. Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya. 

Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan. 
Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid Bin Utbah adalah kakaknya. 
Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia menunjukkan duka cita lebih banyak dibanding yang lain.

Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi Hindun sambil bertanya,

"Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?." 

Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui bahwa bukan air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang berkobar-kobar. 
Hindun menjawab dengan kata-kata keras, 

"Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya sehingga mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya! Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita dapat memerangi Muhammad."

"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis. Tetapi kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!."

Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi atau mendekati suaminya. Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai kemudian tiba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan mencuci kepala dengan air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah.


Kisah Menantu Rasulullah

Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi. Ia adalah menantu Rasulullah. Karena ia menikahi Putri beliau Zainab. Untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan seuntai kalung peninggalan ibunya kepada Rosulullah. Ketika melihat kalung milik Khadijah itu, Rasulullah ﷺ amat terharu, air mata pun menetes di pipi beliau. 

Melihat duka Rasulullah ﷺ, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus membayar tebusan.  Rasulullah ﷺ mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar Abul Ash menceraikan Zainab. 
Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash menyetujui permintaan itu.


Bersambung…
https://my.w.tt/AOwGvjIvQ7

KISAH RASULULLAH ﷺ ; Masih dalam Perang Badar Kubra, ‏Peperangan Islam Pertama

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 81
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Masih dalam Perang Badar Kubra, Peperangan Islam Pertama yang Menentukan


Meninggalnya Ruqayyah

Rasulullah ﷺ meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya menebus dengan gunung harta,  sebab mereka dapat kembali memerangi kaum muslimin. 

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya, dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti ajaran Islam. Lagipula uang yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin. 

Rasulullah ﷺ cenderung pada pendapat Abu Bakar. 
Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ﷺ mendapat berita, bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu. 

Akhirnya Rasulullah ﷺ menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah ﷺ mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke Madinah, Rasulullah ﷺ langsung menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah ﷺ pergi ke rumah Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak mengerti pertempuran Badar. Saat Rasulullah ﷺ tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ﷺ karena ternyata Ruqayyah telah wafat ketika beliau masih di luar Madinah.

Rasulullah ﷺ diantar ke makam Ruqayyah,  beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah. 

Di tengah perjalanan pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata: “Para bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang, kalau saja kalian berperang melawan kami, kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya prajurit.”

Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di hati Rasulullah ﷺ. 
Rasulullah ﷺ pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.


 ▪Dzun-Nuraini▪

Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil, serta suaminya, Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua Cahaya'.


Rasulullah ﷺ Hampir Dikultuskan

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus, 

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain. 
"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi dinsini ternyata tidak mempan."

Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang pribadi Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka melawan desas-desus itu dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.

"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian kata mereka.

Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ﷺ segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku."

"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami semua?."

Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak dapat menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, tidur, marah, senang, lapar, dahaga, makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar. Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati darah beliau. Segera saja Rasulullah ﷺ melarang tabib itu dengan keras sambil berkata, 

"Semua darah haram! Semua darah haram!."

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang justru memuja beliau secara berlebihan.

Sehari sebelum Rasulullah ﷺ  tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan bergembira menyambut kemenangan besar ini.


Bersambung...

Pentingnya Bisa Melestarikan Amal Kebaikan

ONE  DAY  ONE  HADITS
Ahad, 17 Januari 2021/ 4 Jumadil Akhir 1442

Pentingnya Bisa Melestarikan Amal Kebaikan

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه أيضا  قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِذَا مَرِضَ العَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا)). رواه البخاري. 

Dari Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang hamba itu sakit atau bermusafir, maka dicatatlah untuknya pahala ketaatan sebagaimana kalau ia mengerjakannya di waktu ia sedang berada di rumah sendiri dan dalam keadaan sihat." (Riwayat Bukhari)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Hadist ini menunjukkan betapa besar karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2- Barang siapa mempunyai amalan yang Istiqomah maka ia meninggalkan disebabkan oleh adanya uzur yang benar, maka ia terus akan ditulis baginya seperti amalnya.
3- Maka mengenalah Allah tatkala lapang maka Allah akan mengenal kita tatkala dalam keadaan sempit.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1- Yakni mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah Swt., yaitu dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepada mereka.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) 

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[ Fushilat :30-31-32]

2- Beramal kebaikan pada hakekatnya untuk dirinya sendiri.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al-Jatsiyah: 15)