Senin, 21 Desember 2020

KISAH RASULULLAH ﷺ : Kaum Muslimin Menang

KISAH RASULULLAH  ﷺ
Bagian 43
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Kaum Muslimin Menang

Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja. 
"Paduka," kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya, sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji terhadap Isa anak Maryam."

Mendengar itu,  Najasyi terkejut. Dia langsung memanggil Ja'far dan teman-temannya.

"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan tuduhan yang jelek?," tanya Najasyi.

Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia, pendapat adalah seperti yang dikatakan Nabi kami. "Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-Nya yang disampaikan perawan Maryam."

Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar gembira. Dia mengambil sebuah tongkat dan membuat garis lurus di atas tanah.

"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh gembira bercampur haru, "Sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi Isa, mengenal adanya Kristen, dan menyembah Allah.

Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa. Tidak ada celah bagi tuduhan atau siasat yang mereka lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai kepada para pemuka Quraisy di Mekah.

Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan perasaan aman dan tentram.

Sempat Kembali

Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat kembali ke Mekah karena mendengar berita bahwa orang Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah dan pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka kembali berhijrah ke Habasyah.

Ajakan Saling Menyembah Tuhan

Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah, Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang Rasulullah ke pertemuan mereka. Sejenak, hati Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari ini mereka akan tersentuh oleh Islam.

Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata, 

"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, tidak pula kemuliaan, dan kekuasaan. 
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian semua menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang terjadi di antara aku dan kalian."

Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. Salah seorang di antara mereka pun akhirnya bicara, 

"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan memperoleh keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan memperoleh keuntungan darinya."

Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan lagi, 

"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."

Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk menanggapi. Beliau mengutip ayat Al Qur'an (surah Al-Kaafiruun), 

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Surah Al-Kafirun (109:2)
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Surah Al-Kafirun (109:3)
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
Surah Al-Kafirun (109:4)
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Surah Al-Kafirun (109:5)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Surah Al-Kafirun (109:6)
Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku.

Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan. Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begitu kerasnya sampai Muhammad dan pengikutnya akan meminta ampun kepada mereka!

Pemboikotan

"Kalian bayangkan!," seru seorang pemuka Quraisy kepada yang lainnya. "Jumlah pengikut Muhammad kian bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat muka di hadapan tuan-tuannya sebab mereka dilindungi para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang pengikut Muhammad yang tanpa berat hati akan membebaskan mereka!."

"Itu yang membuatku khawatir!," sahut yang lain, 
"Bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin banyak dan mereka diberi senjata, kita pasti akan kewalahan menghadapinya!."

Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman besar itu.

"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-benar kekurangan kekuatan," keluh seseorang.

Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi para pembesar itu, puluhan budak yang masuk Islam tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau Umar.

"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari Bani Hasyim tidak melindunginya!," geram seseorang.

"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut Muhammad, mereka harus menerima akibatnya! Kita boikot mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk mencari nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan sengsara!."

Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar. Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah pengumuman yang mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang seluruh manusia menjalin hubungan pernikahan dan jual beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka gantungkan di dinding Ka'bah.

Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar. Keputusan ini akan membuat Bani Hasyim terkucil, kelaparan, dan tertekan.

Bersambung…

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ‏Dialog ‎Ikan ‎dan ‎Kura ‎kura, ‏mutiara ‎hikmah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Seekor ikan bertanya kepada Kura-kura :
"Mengapa setiap kali kamu mengalami masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu...?"

Kura-kura menjawab :
“Apa penting pertanyaan itu aku jawab ?”

Ikan berkata :
“Semua mahluk di perairan ini mempertanyakan sifat-mu yang selalu bersembunyi jika ada masalah!"

Kura-kura berkata :
"Komentar orang lain apakah penting...?
Aku tidak menghindar, 
Aku tidak lari dari kenyataan, 
Aku hanya mencari suasana yang lebih damai di dalam cangkangku."

Ikan bertanya lagi : 
"Tetapi apakah kamu tidak peduli selalu jadi bahan pembicaraan?"

Kura-kura menjawab :
"Inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian.
Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian, 
Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian."

"Dalam hidup ini kita sendiri yang menentukan pilihan,
berbuat-lah yang terbaik dan biarkan-lah orang lain mau berkomentar apapun".
"Orang yang menyukaimu tetap akan membenarkan-mu sekalipun kamu keliru,"
Sebaliknya 
"Orang yang membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar."
"Berapa banyak waktumu terbuang hanya untuk mengurusi kehidupan orang lain sehingga ...

kamu lupa pada dirimu sendiri kapan harus makan dan istirahat"
"Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab,

Engkau akan menjadi orang yang selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain".

Semoga kita jangan terkecoh dengan apa yang orang katakan, 
Jadilah diri kita sendiri,
Jadi-lah pribadi yang baik....
Dan terus meneruslah berbuat baik 🙏🙏🙏

KISAH RASULULLAH ﷺ : Mengejek Al Qur'an

KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 46
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد


Mengejek Al-Qur'an

أَذَٰلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ
Surah As-Saffat (37:62)
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.

إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ
Surah As-Saffat (37:63)
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang dzalim.

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ
Surah As-Saffat (37:64)
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala.

طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ
Surah As-Saffat (37:65)
Mayangnya seperti kepala-kepala syaitan.

Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang makanan orang di neraka berupa buah zaqqum. 
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu santap. 

Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-Dukhan ayat 43 - 49 .

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ
Surah Ad-Dukhan (44:43)
Sesungguhnya pohon zaqqum itu,

طَعَامُ الْأَثِيمِ
Surah Ad-Dukhan (44:44)
makanan orang yang banyak berdosa.

كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ
Surah Ad-Dukhan (44:45)
(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,

كَغَلْيِ الْحَمِيمِ
Surah Ad-Dukhan (44:46)
seperti mendidihnya air yang amat panas.

خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَىٰ سَوَاءِ الْجَحِيمِ
Surah Ad-Dukhan (44:47)
Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka.

ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ
Surah Ad-Dukhan (44:48)
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas.

ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ
Surah Ad-Dukhan (44:49)
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.


Abdullah bin Ummi Maktum

Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum bertanya, 
"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran baru?," temannya mengiyakan.

"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?," tanya Abdullah bin Ummi Maktum lagi.

"Benar."

"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?."

"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang diajarkannya."

Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-gosok ujung jemari tangannya.

"Tuhan yang tidak bisa diraba?," pikir Abdullah bin Ummi Maktum, 
"Padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan Latta dan Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku bisa bertemu sendiri dengan Muhammad!."

Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar Quraisy yang sangat diharapkan keislamannya.

Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui kehadiran Walid, karena buta, dia terus mendesak, mendesak, dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga menerangkan tentang Islam kepadanya. 

Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau sedang mendakwahi seorang tokoh penting, Rasulullah membuang wajah beliau.

Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau, 
(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ
Surah 'Abasa (80:1)
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ
Surah 'Abasa (80:2)
karena telah datang seorang buta kepadanya.

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ
Surah 'Abasa (80:3)
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ
Surah 'Abasa (80:4)
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ
Surah 'Abasa (80:5)
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,

فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ
Surah 'Abasa (80:6)
maka kamu melayaninya.

Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu. Apalagi Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya sehingga jika akan merugikan orang miskin atau orang lemah, beliau merasa takut.

Karena Dengki

Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti Nabi bukan karena lebih yakin dengan berhala, melainkan lebih karena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi Nabi, bukan mereka?. 

Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada Muhammad bukan kepadaku, padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota."

Bersambung…